Indonesia Akan Tingkatkan Kerja Sama Pembangunan Dengan Guyana dan Negara-Negara di Karibia
By Admin
nusakini.com--“Sebagai negara kepulauan, Indonesia mengerti tantangan pembangunan yang dihadapi negara-negara kepulauan di Karabia," demikian disampaikan Menlu RI dalam kunjungan resmi pertama Menlu RI ke Guyana dan Sekretariat CARICOM (Caribbean Community) sejak dibukanya hubungan diplomatik kedua negara, kemarin.
Dalam pertemuan dengan Presiden Guyana, David Arthur Granger, Menlu RI menyampaikan bahwa walaupum nilai perdagangan kedua negara terus meningkat dalam 3 tahun terakhir, nilai tersebut masih kecil dan belum merefleksikan peluang kerja sama bilateral kedua negara. Dalam kaitan ini Menlu RI mengusulkan 3 area prioritas kerja sama pembangunan kedua negara yaitu, pertama kerja sama ekonomi dan investasi dengan fokus bidang energi; kedua kerja sama lingkungan hidup; dan ketiga kerja sama teknis dan pengembangan kapasitas.
Terkait kerja sama energi, Menlu RI menyampaikan bahwa pengalaman pengusaha minyak dan gas Indonesia dapat mendukung Guyana dalam mengembangkan sektor tersebut yang baru mulai dibuka. Selain bidang minyak dan gas, Indonesia juga dapat mendukung upaya Guyana untuk memberikan nilai tambah dari industri ekstratif lainnya sesuai yang ingin dikembangan Presiden Guyana di sektor pengelolaan kayu, emas dan perikanan. “Industri ekstratif telah berkontribusi banyak kepada perekonomian Indonesia, dan Indonesia dapat membagi pengalamannya ke Guyana," tutur Menlu Retno.
Di bidang kerja sama lingkungan hidup, Menlu RI menyampaikan bahwa sebagai negara yang juga memiliki hutan yang luas, Indonesia dapat membagi pengalaman ke Guyana dalam pengeloaan hutan yang berkelanjutan. Dalam kaitan ini Menlu RI menyampaikan pengalaman Indonesia dalam melawan illegal logging dan mengembangan sertifikasi kayu sehingga dapat membuka akses pasar yang luas di Eropa. Hal serupa juga disampaikan Menlu RI terkait pengelolaan sumber daya laut khususnya dalam mengatasi IUU Fishing.
Berbagai usulan yang disampaikan Menlu RI ditanggapi sangat positif oleh Presiden Guyana. Presiden Guyana secara khusus mengundang investor Indonesia untuk investasi di sektor yang dapat memberi nilai tambah bagi produk mentah Guyana yaitu di bidang pertanian, kehutanan, pertambangan, perikanan dan industri gula.
Dalam pertemuan dengan Menlu Guyana, Carl Greenidge, kedua Menlu sepakat untuk meningkatkan kerja sama teknis dan pengembangan kapasitas. Menlu Guyana menyambut baik tawaran Indonesia untuk memberikan pengembangan kapasitas di berbagai bidang seperti pendidikan diplomatik, pembuatan furniture, sektor perikanan, good governance, dan sosial budaya. Indonesia juga menawarkan pemuda Guyana untuk memanfaatkan berbagai beasiswa yang ditawarkan Indonesia seperti bea siswa Kemitraan Negara Berkembang, Bea siswa Darmasiswa dan bea siswa Bahasa dan Seni Budaya Indonesia (BSBI). “Indonesia memiliki komitmen yang tinggi untuk membantu pembangunan dan kapasitas sesama negara berkembang, yang merupakan komitmen Indonesia terhadap kerja sama selatan-selatan," sebut Menlu Retno.
Selain kerja sama teknis, kedua Menlu juga sepakat untuk MoU bebas visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas, yang menurut rencana akan ditandatangani pada kesempatan Sidang Majelis Umum PBB pada September 2018 di New York. Kedua Menlu juga membahas pencalonan Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB preiode 2019-2020.
Mengakhiri kunjungan resmi ke Guyana, Menlu RI melakukan pertemuan dengan Sekjen CARICOM, Irwin Larocque. Pertemuan antara lain membahas upaya untuk meningkatkan kerja sama antara Indonesia – negara anggota CARICOM, serta kerja sama ASEAN – CARICOM. Dalam kaitan ini, Indonesia menawarkan berbagai kerja sama teknis dan pembangunan kapasitas negara-negara CARICOM seperti di bidang penanggulangan bencana alam, pendidikan diplomatik dan kerja sama lingkungan hidup.
Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Guyana pada tahun 1999. Nilai perdagangan Indonesia-Guyana pada tahun 2017 mencapai US$ 2.7 juta, peningkatan sekitar 17% dari tahun 2016. Ekspor utama Indonesia ke Guyana termasuk lemak hewan dan nabati, sabun dan bahan pembersih, pakaian dan tekstil, sparepart kendaraan bermotor, dan produk kertas. Jumlah WNI di Guyana ada sebesar 78 orang.(p/ab)